.

MARS PESANTREN

Youk perbanyak dengerin sholawat! Al Mahabbatain - Senandung Al Qur'an

Sabtu, 23 Juli 2011

BIOGRAFI DAN SUSUNAN GENOLOGI KH. ANAS ABDUL HALIM


Dilihat dari historis kehidupan KH. Anas Abdul Halim, perlu digaris bawahi bahwa beliau ditinggal abahnya semenjak masih kecil. Tidak lama kemudian ditinggal ibunya. Setelah ditinggal kedua orang tuanya KH. Anas Abdul Halim tidak putus asa untuk mencari ilmu, karena ingin meneruskan cita-cita kedua orang tuanya yaitu mendirikan pondok pesantren maka KH. Anas Abdul Halim dalam menempuh pendidikannya, beliau menjalankan dua pendidikan yaitu pendidikan dipondok pesantren dan pendidikan formal yaitu Madrasah Ibtidaiyah sampai Peguruan Tinggi.
Pada tahun 1951 KH. Anas Abdul Halim mulai masuk di tingkat MI (setingkat dengan SD), pertama masuk sekolah beliau masuk kelas satu. Dikelas itu beliau nampak kecerdasan pikirannya, semua pelajaran yang diajarkan gurunya belaiu dapat menangkapnya. Setelah gurunya tahu kecerdasan beliau, maka beliau langsung di naikan kekelas IV, sepulang sekolah beliau meneruskan pendidikan diniyah yang mengajar adalah kakaknya sendiri (Kyai M. Khuyyir). Kemudian pada waktu kelas V beliau dipondokkan oleh ibunya ke pesantren Kyai Barizi Lumajang.
Selanjutnya pada tahun 1957 beliau masuk Pondok Pesantren Assunniyah Kencong Jember yang diasuh oleh Kyai Jauhari Jawawi, pada waktu itu beliau tidak punya apa-apa untuk memenuhi syarat-syarat untuk masuk ke kelas Alfiyah, pada waktu itu syaratnya harus hafal kitab al-Maqsud dan Imrithi. Namun berkat hidayah dan ma’unah dari Allah SWT, kedua kitab tersebut dapat di khatamkan dalam waktu tujuh hari. Kemudian dalam waktu satu minggu beliau dapat menghafal alfiyah dua ratus nadham. Maka KH. Anas Abdul Halim akhirnya dapat masuk dikelas al-fiyah. Meskipun demikian beliau tetap melanjutkan sekolahnya di MTs (setingkat SMP) dan meneruskan pendidikannya ke MA (setingkat SMA) sampai lulus.
KH. Anas Abdul Halim juga pernah belajar dengan Kyai Hamid Pasuruan dan Kyai Juwaini Kediri (Paman Kyai Jauhari Jawawi). Tidak lama kemudian setelah mondok di Kediri, pada tahun 1963 beliau menikah dengan Nyai Nurhabibah.meskipun beliau berkeluarga,beliau menyempatkan untuk mencari ilmu dan masuk ke Perguruan Tinggi (IAIN) Lumajang jurusdan Syari’ah tahun 1966. tapi beliau belum sampai wisuda sudah berhenti, sebab bukti kesarjanaan bagi beliau kurang berfungsi,akan tetai yang berfungsi adalah ilmu yang diperoleh denngan pesantren sebagai doktrinalisasi keagamaan kebangsaan guna menuju ulama yang intelektual.

1 komentar: